Sejarah beton mutu tinggi :
a. Pada masa 1950-an beton dengan kuat tekan diatas 34 MPa dinyatakan sebagai High b. Strength Concrete (HSC).
c. Pada masa 1960-an beton dengan kuat tekan 41 -52 MPa sudah dikomersialkan.
d. Pada masa 1970-an hingga sekarang 62 - 140 MPa sudah diproduksi.
e. Pada masa 1980-an beton dengan kuat tekan diatas 41 MPa dikategorikan sebagai High Strength Concrete (HSC).
Beton mutu tinggi merupakan alternatif untuk digunakan pada komponen struktur yang mengalami pembebanan besar. Untuk mendapatkan beton mutu tinggi perlu diperhatikan komponen penyusunnya. Untuk semen, salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah kehalusannya. Semen yang berbutir halus akan menghasilkan kecepatan hidrasi dan kekuatan pasta semen yang lebih bagus sehingga akan berpengaruh pada kuat tekannya. Kualitas pasta semen ditentukan oleh mutu semen ( kandungan unsur kimia di dalam semen) dan porositas (tergantung dari jumlah air, proses perawatan beton basah, dan bahan aditif ).
Beton mutu tinggi (HSC - HPC) mempunyai kekuatan sekitar 500-800 kg/cm2. Dimana, ternyata beton dengan kekuatan 200-500 kg/cm2 merupakan porsi terbesar produksi beton yang ada di Indonesia dan sering dijumpai, misalkan di pabrik beton precast dan balok - balok beton pratekan, serta pembuatan gedung- gedung bertingkat. Beton dengan kuat tekan yang lebih besar dari 40 MPa sudah biasa dikategorikan sebagai beton mutu tinggi. Beton ini dikembangkan untuk membuat struktur yang menuntut tingkat kepentingan yang tinggi misalnya bangunan - bangunan dengan tingkat keamanan tinggi seperti jembatan, gedung tinggi, reaktor nuklir dan lain-lain.
Apabila kita ingin menggunakan beton mutu tinggi sebagai elemen suatu konstruksi bangunan, kita harus mengerti tuntutan kebutuhan bahan dan proporsi (perbandingan) campurannya. Pada dasarnya bahan beton mutu tinggi adalah pasir, semen, batu pecah dan air, tetapi untuk meningkatkan kemudahan pengerjaan dan membatasi jumlah volume rongga digunakan bahan aditif (kimia dan mineral) serta admixture (bahan tambahan) dalam campuran beton, yaitu superplasticizer, water reducer, fly ash( bahan pozzolanic yang memiliki “pozzolanicity” yang bervariasi yang menghasilkan kekuatan yang berbeda-beda serta memiliki butiran yang jauh lebih halus dari semen), dan silica flume (memiliki butiran yang lebih halus dari fly ash).
Mengapa kita membutuhkan beton mutu tinggi?
Beberapa alasan yang dapat diberikan di sini antara lain:
a. Untuk menempatkan beton pada masa layannya pada umur yang lebih awal, sebagai contoh pada perkerasan di umur 3 hari.
b. Untuk membangun bangunan-bangunan tinggi dengan mereduksi ukuran kolom dan meningkatkan luasan ruang yang tersedia.
c. Untuk membangun sruktur bagian atas dari jembatan-jembatan bentang panjang dan untuk mengembangkan durabilitas lantai-lantai jembatan.
d. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus dari aplikasi-aplikasi tertentu seperti durabilitas, modulus elastisitas dan kekuatan lentur. Beberapa dari aplikasi ini termasuk dam, atap-atap tribun, pondasi-pondasi pelabuhan, garasi-garasi parkir, dan lantai-lantai heavy duty pada area industri.
Beton dengan mutu tinggi lebih getas dan kurang daktail dibandingkan dengan beton yang mutunya lebih rendah. Jadi artinya beton dengan mutu yang lebih rendah akan mengalami keruntuhan pada regangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan beton mutu tinggi. Permeabilitas untuk beton mutu tinggi kurang lebih 1 x 10-10 cm/sec.
Metode yang digunakan dalam merencanakan campuran beton mutu tinggi ada beberapa cara, antara lain:
1.Minimum Voids Method
2.Maximum Density Method
3.Fineness Modulus Method
4.British Mix Design (DOE) Method
5.American Concrete Institute Method (ACI Method), dan
6.Indian Standard Method.
Namun secara umum, desain campuran beton yang optimum dihasilkan dari pemilihan bahan-bahan local yang tersedia yang menyebabkan beton segar mampu untuk ditempatkan dan mampu untuk diselesaikan dan dapat memastikan pengembangan kekuatan dan sifat-sifat lain yang diinginkan dari beton yang telah mengeras sebagaimana dinyatakan oleh desainer.
Beberapa konsep dasar yang perlu untuk dipahami untuk beton mutu tinggi antara lain:
a. Agregat semestinya kuat dan durable. Agregat tidak perlu keras dan kekuatannya tinggi namun perlu kompatibel, dalam arti cukup kaku dan kuat, dengan pasta semen. Umumnya ukuran maksimum agregat kasar yang lebih kecil digunakan untuk kuat tekan beton yang lebih tinggi. Agregat halus yang digunakan bisa jadi lebih kasar daripada yang diperbolehkan oleh ASTM C 33 (modulus kehalusan butir lebih besar dari 3,2) karena tingginya agregat halus telah digantikan oleh bahan-bahan perekat (semen).
b. Campuran beton mutu tinggi akan memiliki isi bahan-bahan perekat yang tinggi yang meningkatkan panas hidrasi dan kemungkinan susut yang tinggi mengawali potensi retak. Kebanyakan campuran berisi satu atau lebih bahan-bahan perekat tambahan seperti fly ash (tipe C atau F), ground granulated blast furnace slag, silica fume, metakaolin atau bahan-bahan pozolanik alami.
c. Campuran high strength concrete umumnya membutuhkan rasio factor air semen yang rendah, dimana rasio factor air semen berada pada rentangan 0,23 sampai dengan 0,35. Faktor air semen yang rendah ini hanya dapat dicapai dengan admixture (superplasticizer) dalam jumlah dan dosis yang besar, menyesuaikan antara tipe F atau G berdasarkan ASTM C 494. Admixture pengurang air tipe A juga dapat digunakan sebagai kombinasinya.
d. Isi total dari bahan-bahan perekat umumnya sekitar 700 lb/yd3 (415 kg/m3) namun tidak boleh lebih dari 1100 lb/yd3 (650 kg/m3).
e. Pemakaian air entrainment pada high strength concrete akan menurunkan potensial kekuatan secara besar.
HSC pada umumnya mengandung w/c ratio yang sangat rendah. Pengembangan pencapaian kekuatannya lebih lama dibandingkan dengan beton biasa. Pencapaian HSC dapat dilakukan dengan meng-optimalkan 6 faktor sebagai berikut :
1.Characteristic Cementing medium
2.Characteristic Aggregate
3.Proporsi Pasta
4.Interaction dari Pasta - Agregat.
5.Mixing, Consolidating dan Curing
6.Testing Procedures.
Penelitian pada uniformity dan konsistensi produk semen yang akan dipergunakan, biasanya dilakukan dalam jangka waktu 6 hingga 12 bulan. Uniformity report harus sesuai dengan persyaratan dari ASTM C 917. Pemilihan semen yang kan dipakai (termasuk slump, water demand dan admixture) untuk beton mutu tinggi dipersiapkan memlalui rangkaian uji yang dilakukan pada umur, 7, 28, 56 dan 90 hari.
Meskipun tujuan praktisnya adalah untuk menyatakan kuat tekan beton berdasarkan hasil uji pada umur 28 hari, namun terdapat pergeseran untuk menyatakan kekuatan pada umur 56 atau 90 hari dengan alasan bahwa banyak elemen-elemen struktur yang tidak terbebani selama kurun waktu dua atau tiga bulan atau lebih. Saat kekuatan yang tinggi tidaklah diperlukan pada umur-umur awal, akan lebih baik untuk tidak menyatakannya hanya untuk mencapai sejumlah keuntungan misalnya penghematan semen, kemampuan untuk menggunakan bahan-bahan tambah (admixture) secara berlebihan dan produk yang lebih durable.
Kuat tekan beton diatas 35 MPa banyak tergantung pada kualitas pasta semen yang berfungsi sebagai pengikat antar agregat. Pada tingkat kuat tekan sampai 35 MPa, pada umumnya kekuatan agregat lebih besar dari kekuatan pasta semennya. Pada HSC kadangkala kekuatan pasta semen cukup tinggi dalam menyaingi kekuatan agregat. Kekuatan dari agregat, bond (lekatan) atau adhesion antara pasta semen dan agregat serta absorption characteristics dari agregat sangat berperan dalam HSC. Agregat kasar paling sedikit harus mengikuti persyaratan ASTM C 33. Pada HSC, meningkatnya ukuran agregat kasar cenderung menurunkan kekuatan beton karena luas bidang permukaan lekatan menurun serta menimbulkan gangguan continuity dalam beton.
Pada prinsipnya, beton mutu tinggi akan dapat dicapai apabila porositasnya rendah (ditetapkan oleh faktor air semen dari pasta). Semakin rendah faktor air semennya, semakin kecil pula porositasnya sehingga pengerjaan atau onsistensi dari beton sangat kecil. Untuk mengatasi kesulitan pengerjaan beton tersebut, digunakan chemical admixtures yaitu superplasticizer. Dapat dinyatakan bahwa untuk pembuatan HSC penggunaan admixtures merupakan suatu keharusan. Admixture yang dipergunakan dapat berupa air-entraining agents, chemical admixtures atau mineral admixtures dan pemilihannya sangat tergantung dari kebutuhannya.
Pada pertengahan tahun 1980, 80% beton yang diproduksi di Amerika menggunakan admixtures. Admixture yang berupa air-entraining agents biasanya dipakai untuk meningkatkan keawetan dan penggunaannya harus mengikuti persyaratan dari ASTM C 260. Untuk chemical admixtures harus mengikuti persyaratan dari ASTM C 494. Sedangkan untuk memperkecil porositas sering digunakan silica fume (micro silica). Penggunaan dosis dari admixture pada HSC biasanya melampaui dosis yang direkomendasikan pada beton biasa oleh manufacture yang bersangkutan. Admixture yang bersifat accelarator hampir tidak dipakai pada HSC.
Dalam pembuatan HSC, fly ash ataupun silica fume ditambahkan sebagai bahan tambahan pada concrete mix sebagai admixtures dan bukan sebagai partial replacements (pengganti sebagian) semen. Penggunaan silica fume pada beton mutu tinggi biasanya selalu bersamaan dengan penggunaan superplasticizer. Karena adanya pengurangan air pada bahan beton yang menggunakan superplasticizer dan adanya bahan silica fume yang mengisi pori – pori serta bersifat pozzolan ini, maka dapat dihasilkan beton yang kedap, awet, dan berkekuatan tinggi.
Sehubungan dengan lekatan antara pasta semen dan agregat, perlu diperhatikannya kekerasa dan kebersihan permukaan agregat karena permukaan agregat yang lebih kasar akan menghasilkan lekatan antara pasta dan agregat yang lebih baik. Untuk beton mutu tinggi dengan ukuran agregat maksimum 20 mm, total permukaan agregat yang harus diikat cukup luas. Campuran beton mutu tinggi biasanya memerlukan jumlah pasta yang lebih banyak agar menghasilkan beton dengan workability tertentu. Dalam HSC biasanya jumlah semen berkisar antara 400 – 600 kg/m3. Dalam percobaan beton, selalu dituntut kriteria kekuatan dan keawetan.
Dalam pembuatan beton mutu tinggi, selain memperhatikan bahan – bahan dasar, perlu diperhatikan pula mengenai pasta semen dan lekatan antara semen pasta dan agregat. Kontrol kualitas, dalam pembuatan beton seperti ini harus cukup ketat dan diperlukan kerja sama yang baik antara supplier material, ready mix supplier, Engineer ataupun pengawas dan kontraktor. Untuk perawatannya (curing), perawatan menggunakan curing compound kurang dianjurkan karena HSC biasanya mempunyai water-cement ratio dibawah 0.40 (biasanya sekitar 0.20-0.30), dan sebaiknya pada 24 jam pertama (critical time) tetap menggunakan water-curing. Curing compound hanya mencegah penguapan air (mempertahankan original moisture) dari beton, tetapi tidak dapat memberikan additional moisture. Water-curing akan memberi tambahan moisture dan sangat membantu proses hidrasi yang membantu pencapaian kekuatan beton dengan baik serta dapat meningkatkan kualitas permukaan beton. Prosedur batching, pencampuran, pemindahan, penempatan dan pengendalian yang berlaku pada beton mutu noemal pada dasarnya juga berlaku untuk beton mutu tinggi. Walaupun begitu, ada penekenan yang penting pada bagian - bagian kritis seperti :
Mempertahankan kandungan air serendah mungkin, yang konsisten dengan persyaratan penempatan. Fasilitas batching sedapat mungkin dekat dengan lokasi konstruksi.
Suhu bahan dasar campuran sebelum batching haruslah dijaga serendah mungkin.
Kondisi kelembaban agregat harus diketahui seakurat mungkin.
Superplasticizer paling efektif jika ditambahkan setelah semua bahan dasar campuran dimasukkan ke dalam mixer dan diaduk. Pengecekan unjuk kerja dan efisiensi mixer yang akan digunakan.
Waktu pengadukan yang disarankan adalah 1 menit untuk volume 0.75 m3 pertama ditambah dengan ¼ menit untuk setiap penambahan o.75 m3 volume.
Waktu pengadukan dihitung dari saat dimana semua bahan dasar beton telah dimasukkan ke dalam mixer. Untuk campuran kering, batching dan mixing sebaiknya dilkukan pada lokasi konstruksi. Untuk menghindari kehilangan slump, sebagian dari kebutuhan air pencampur dapat ditambahkan di lokasi konstruksi. Curing (perawatan) merupakan bagian yang kritikal pada produksi beton mutu tinggi. Cara curing dengan bantuan air yang disiramkan pada beton lebih direkomendasikan dibandingkan dengan cara curing yang konvensional dengan menggunakan burlap basah. Durasi curing sebaiknya kurang dari 7 hari. Pengujian benda uji control dapat dilakukan pada umur 28 hari, 56 hari atau 90 hari. Bahan cementitious (semen, fly ash, silica fume) sebaiknya dicampurkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam mixer.
Thursday, July 22, 2010
Penggunaan Admixture dan Aditif Mineral dalam Kadar Yang Tepat
Salah satu masalah yang sangat berpengaruh pada kuat tekan beton adalah adanya porositas. Semakin besar porositasnya maka kuat tekannya semakin kecil, sebaliknya semakin kecil porositas kuat tekannya semakin besar. Besar dan kecilnya porositas dipengaruhi besar dan kecilnya fas yang digunakan. Semakin besar fas-nya porositas semakin besar, sebaliknya semakin kecil fas-nya porositas semakin kecil. Untuk mendapatkan beton bermutu sangat tinggi (kuat tekan sangat tinggi) maka harus dipergunakan fas rendah, namun jika fas-nya terlalu kecil pengerjaan beton akan menjadi sangat sulit, sehingga pemadatannya tidak bisa maksimal dan akan mengakibatkan beton menjadi keropos, hal tersebut berakibat menurunnya kuat tekan beton. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dipergunakan Superplasticizer yang sifatnya dapat mengurangi air (dengan menggunakan fas kecil) tetapi tetap mudah dikerjakan yaitu Sikamen Type F, produk sika.
Porositas juga dapat diakibatkan adanya partikel-partikel bahan penyusun beton yang relatif besar, sehingga kerapatan tidak dapat maksimal. Partikel terkecil bahan penyusun beton konvensional adalah semen. Untuk mengurangi porositas semen dapat digunakan aditif yang bersifat pozzolan dan mempunyai patikel sangat halus.
Untuk menghasilkan beton dengan mutu (kuat tekan beton) sangat tinggi dibutuhkan Superplasticizer (high range water reducer) dan Aditif mineral yang bersifat cementitious yaitu berupa : Abu terbang (fly ash), Pozzofume (super fly ash), dan Mikrosilika (silicafume) dengan kadar yang tepat. Sebab bahan admixture dan aditif jika dicampur dengan kadar yang tidak tepat hasilnya akan sebaliknya, yaitu tidak meningkatkan kuat tekannya akan tetapi dapat menurunkan.
Superplasticizer atau high range water reducer dalam hal ini mutlak diperlukan karena kondisi fas yang umumnya sangat rendah pada beton mutu tinggi atau sangat tinggi, untuk bisa mengontrol dan menghasilkan nilai slump yang optimal pada beton segar (workable), sehingga bisa dihasilkan kinerja pengecoran beton yang baik. Namun dalam segala hal, penggunaan Superplasticizer perlu sesuai dengan standard ASTM-C 494-81 tipe F. Ketepatan dosis penambahan Superplasticizer umumnya perlu dibuktikan dengan membuat campuran percobaan (trial mixes) dengan beberapa variasi dosis penambahan Superplasticizer hingga mendapatkan hasil yang optimum dalam memenuhi syarat kelecakan yang direncanakan. Hasil suatu penelitian penggunaan Superplasticizer (dalam hal ini digunakan sikamen-163, produk PT. Sika Nusa Pratama) menunjukan peningkatan nilai slump yang memuaskan pada fas yang rendah dan semakin besar kadar superplastisizer semakin besar kuat tekannya, namun sampai dengan kadar 2 % kuat tekan beton semakin kecil. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kuat tekan optimum didapat pada kadar superplastisizer 2% (Supartono, 1998).
Mikrosilika (Silicafume) merupakan aditif yang sangat baik untuk digunakan dalam pembuatan beton mutu tinggi dan sangat tinggi, yang merupakan produk sampingan sebagai abu pembakaran dari proses pembuatan silicon metal atau silicon alloy dalam tungku pembakaran listrik. Mikrosilika ini juga bersifat pozzolan (bahan yang mempunyai kandungan utama senyawa silika/silika dioksida dan alumina), dengan kadar kandungan senyawa silica-dioksida (Si O2) yang sangat tinggi (> 90 %), dan ukuran butiran partikel yang sangat halus, yaitu sekitar 1/100 ukuran rata-rata partikel semen. Dengan demikian penggunaan mikrosilika pada umumnya akan memberikan sumbangan yang lebih efektif pada kinerja beton, terutama untuk beton bermutu sangat tinggi. Dari hasil suatu penelitian di dapat bahwa semakin besar kadar silicafume semakin besar kuat tekannya, namun sampai dengan kadar 10% kuat tekan beton semakin kecil. Dari hasilpenelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kuat tekan optimum didapat pada kadar silicafume 10%.
Beton Bermutu Tinggi
Dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti halnya pada teknologi bahan konstruksi. Berbagai material disajikan dengan kualitas yang bagus, salah satu contohnya adalah beton (concrete). Beton dikemas dengan berbagai jenis, ada beton pra cetak; beton ringan; beton mutu tinggi dan lain sebagainya. Dengan berbagai jenis beton yang disajikan, tentunya memiliki fungsi kharakteristik yang berbeda-beda.
Beton, sejak dulu dikenal sebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduksi secara lokal, relatif kaku, dan ekonomis. Tapi di sisi lain, beton juga menunjukan banyak keterbatasan baik dalam proses produksi maupun sifat-sifat mekaniknya, sehingga beton pada umunya hanya digunakan untuk konstruksi dengan ukuran kecil dan menengah. Namun sejak dua dekade terakhir ini, setelah berhasil dikembangkannya berbagai jenis tambahan atau admixtures dan additives untuk campuran beton, terutama water reducer atau plasticizer dan superplastisizer, maka telah terjadi kemajuan yang sangat pesat pada teknologi beton, dengan berhasil memproduksi beton mutu tinggi bahkan sangat tinggi, dan yang pada akhirnya juga telah memperbaiki dan meningkatkan hampir semua kinerja beton menjadi suatu material modern yang berkinerja tinggi.
Beton Mutu Sangat Tinggi (VHSC)
Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi di Indonesia terus menerus mengalami peningkatan, hal ini tidak lepas dari tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas infrastruktur yang semakin maju, seperti jembatan dengan bentang panjang dan lebar, bangunan gedung bertingkat tinggi (terutama untuk kolom dan beton pracetak), dan fasilitas lain. Perencananaan fasilitas-fasilitas tersebut mengarah kepada digunakannya beton mutu sangat tinggi, dimana mencakup kekuatan, ketahanan (keawetan), masa layan dan effisiensi.
Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat, ternyata criteria beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai dengan kemajuan tingkat mutu yang berhasil dicapai. Pada tahun 1950an, beton dengan kuat tekan 30 MPa sudah dikategorikan sebagai beton mutu tinggi. Pada tahun 1960an hingga awal 1970an, kriterianya lebih lazim menjadi 40 MPa. Saat ini, disebut mutu tinggi untuk kuat tekan diatas 50 MPa, dan diatas 80 MPa sebagai beton mutu sangat tinggi, sedangkan untuk diatas 120 MPa bisa dikategorikan sebagai beton bermutu ultra tinggi (Supartono, 1998).
VHSC atau beton mutu sangat tinggi memiliki kekuatan tekan jauh di atas 100 MPa setelah tujuh hari curing. Dengan beton mutu sangat tinggi, dimensi dari struktur dapat diperkecil sehingga berat struktur menjadi lebih ringan, hal tersebut menyebabkan beban yang diterima pondasi secara keseluruhan menjadi lebih kecil pula, jika ditinjau dari segi ekonomi hal tersebut tentu akan lebih menguntungkan. Disamping itu untuk bangunan bertingkat tinggi dengan semakin kecilnya dimensi struktur kolom pemanfaatan ruangan akan semakin maksimal.. Porositas yang dihasilkan beton mutu sangat tinggi juga lebih rapat, sehingga akan menghasilkan beton yang relatif lebih awet dan tahan sulfat karena tidak dapat ditembus oleh air dan bakteri perusak beton. Oleh sebab itu penggunaan beton bermutu sangat tinggi tidak dapat dihindarkan dalam perencanaan dan perancangan struktur bangunan.
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Mutu dan Keawetan Beton
Pada umumnya, terutama bila berhubungan dengan tuntutan mutu dan keawetan yang tinggi, ada beberapa faktor utama yang bisa menentukan keberhasilan pengadaan beton bermutu tinggi, diantaranya adalah :
a. Faktor air semen (fas, w/c) yang rendah.
b. Kualitas agregat halus (pasir).
c. Kualitas agregat kasar (batu pecah/koral).
d. Penggunaan admixture dan aditif mineral dalam kadar yang tepat.
e. Prosedur yang benar dan cermat pada keseluruhan proses produksi beton.
f. Pengawasan dan pengendalian yang ketat pada keseluruhan prosedur dan mutu pelaksanaan, yang didukung oleh koordinasi operasional yang optimal.
Prosedur Yang Benar dan Cermat Pada Keseluruhan Proses Produksi Beton Mutu Sangat Tinggi
Untuk menghasilkan beton bermutu sangat tinggi maka dibutuhkan prosedur yang benar dan cermat pada keseluruhan proses produksi beton yang meliputi :
a. Uji material (material testing).
b. Sensor dan pengelompokan material (material sensor and grouping).
c. Penakaran dan pencampuran (batching).
d. Pengadukan (mixing).
e. Pangangkutan (transportating).
f. Pengecoran (placing).
g. Perawatan (curing).
Disamping itu pengawasan dan pengendalian yang ketat pada keseluruhan prosedur dan mutu pelaksanaan, yang didukung oleh koordinasi operasional yang optimal.
Kekuatan Tekan Beton Mutu Sangat Tinggi
Biasanya pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 28 hari, tapi banyak struktur yang bertingkat tinggi sekarang membutuhkan beton mutu sangat tinggi sehingga pekerjaan jadwal konstruksi dimana unsur-unsur struktural dalam lantai bawah tidak penuh untuk periode satu tahun atau lebih. Dalam keadaan tersebut, wajar untuk menentukan kekuatan tekan didasarkan atas 56 –hingga 90 hari, sehingga mengambil keuntungan dari memperoleh kekuatan yang terjadi setelah 28 hari.
Batas atas beton kekuatan di 90 hari dan seterusnya tampaknya dapat menjadi 25.000 sampai 30.000 psi (172-207 MPa) dengan beberapa perkiraan bahan yang sangat istimewa dan ditempatkan oleh kontraktor di beberapa struktur utama, kuat tekan 25.000 psi beton dalam waktu dekat mungkin cukup layak dengan agregat tertentu dan bahan lainnya.
Pasta semen telah dibuat dan diuji kegagalan pada kekuatan sekitar 25.000 psi. Jumlah precasters yang secara rutin memproduksi beton dengan kekuatan diatas 6000 psi agak terbatas. Hati-hati daalam penggunaan air semen rendah rasio, pengurangan air campuran, dan pozzolans, tinggi kuat tekan (compressivestrength) beton produk pracetak dapat diproduksi dengan kualitas agregat dan semen yang baik. Dalam pembuatan beton pracetak, slump rendah dikonsolidasikan dalam bentuk getaran atau metode shock. Namun, semakin rapuh formulir yang digunakan dalam cor tempat konstruksi tidak mengijinkan pemadatan yang sama , dan lebih plastic dan beton bisa diterapkan untuk menghindari segregasi dan honeycomb. Selanjutnya penanganan khusus untuk menempatkan kontrol kualitas teknik mungkin perlu memastikan tercapainya tinggi kekuatan.
Beton, sejak dulu dikenal sebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduksi secara lokal, relatif kaku, dan ekonomis. Tapi di sisi lain, beton juga menunjukan banyak keterbatasan baik dalam proses produksi maupun sifat-sifat mekaniknya, sehingga beton pada umunya hanya digunakan untuk konstruksi dengan ukuran kecil dan menengah. Namun sejak dua dekade terakhir ini, setelah berhasil dikembangkannya berbagai jenis tambahan atau admixtures dan additives untuk campuran beton, terutama water reducer atau plasticizer dan superplastisizer, maka telah terjadi kemajuan yang sangat pesat pada teknologi beton, dengan berhasil memproduksi beton mutu tinggi bahkan sangat tinggi, dan yang pada akhirnya juga telah memperbaiki dan meningkatkan hampir semua kinerja beton menjadi suatu material modern yang berkinerja tinggi.
Beton Mutu Sangat Tinggi (VHSC)
Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi di Indonesia terus menerus mengalami peningkatan, hal ini tidak lepas dari tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas infrastruktur yang semakin maju, seperti jembatan dengan bentang panjang dan lebar, bangunan gedung bertingkat tinggi (terutama untuk kolom dan beton pracetak), dan fasilitas lain. Perencananaan fasilitas-fasilitas tersebut mengarah kepada digunakannya beton mutu sangat tinggi, dimana mencakup kekuatan, ketahanan (keawetan), masa layan dan effisiensi.
Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat, ternyata criteria beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai dengan kemajuan tingkat mutu yang berhasil dicapai. Pada tahun 1950an, beton dengan kuat tekan 30 MPa sudah dikategorikan sebagai beton mutu tinggi. Pada tahun 1960an hingga awal 1970an, kriterianya lebih lazim menjadi 40 MPa. Saat ini, disebut mutu tinggi untuk kuat tekan diatas 50 MPa, dan diatas 80 MPa sebagai beton mutu sangat tinggi, sedangkan untuk diatas 120 MPa bisa dikategorikan sebagai beton bermutu ultra tinggi (Supartono, 1998).
VHSC atau beton mutu sangat tinggi memiliki kekuatan tekan jauh di atas 100 MPa setelah tujuh hari curing. Dengan beton mutu sangat tinggi, dimensi dari struktur dapat diperkecil sehingga berat struktur menjadi lebih ringan, hal tersebut menyebabkan beban yang diterima pondasi secara keseluruhan menjadi lebih kecil pula, jika ditinjau dari segi ekonomi hal tersebut tentu akan lebih menguntungkan. Disamping itu untuk bangunan bertingkat tinggi dengan semakin kecilnya dimensi struktur kolom pemanfaatan ruangan akan semakin maksimal.. Porositas yang dihasilkan beton mutu sangat tinggi juga lebih rapat, sehingga akan menghasilkan beton yang relatif lebih awet dan tahan sulfat karena tidak dapat ditembus oleh air dan bakteri perusak beton. Oleh sebab itu penggunaan beton bermutu sangat tinggi tidak dapat dihindarkan dalam perencanaan dan perancangan struktur bangunan.
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Mutu dan Keawetan Beton
Pada umumnya, terutama bila berhubungan dengan tuntutan mutu dan keawetan yang tinggi, ada beberapa faktor utama yang bisa menentukan keberhasilan pengadaan beton bermutu tinggi, diantaranya adalah :
a. Faktor air semen (fas, w/c) yang rendah.
b. Kualitas agregat halus (pasir).
c. Kualitas agregat kasar (batu pecah/koral).
d. Penggunaan admixture dan aditif mineral dalam kadar yang tepat.
e. Prosedur yang benar dan cermat pada keseluruhan proses produksi beton.
f. Pengawasan dan pengendalian yang ketat pada keseluruhan prosedur dan mutu pelaksanaan, yang didukung oleh koordinasi operasional yang optimal.
Prosedur Yang Benar dan Cermat Pada Keseluruhan Proses Produksi Beton Mutu Sangat Tinggi
Untuk menghasilkan beton bermutu sangat tinggi maka dibutuhkan prosedur yang benar dan cermat pada keseluruhan proses produksi beton yang meliputi :
a. Uji material (material testing).
b. Sensor dan pengelompokan material (material sensor and grouping).
c. Penakaran dan pencampuran (batching).
d. Pengadukan (mixing).
e. Pangangkutan (transportating).
f. Pengecoran (placing).
g. Perawatan (curing).
Disamping itu pengawasan dan pengendalian yang ketat pada keseluruhan prosedur dan mutu pelaksanaan, yang didukung oleh koordinasi operasional yang optimal.
Kekuatan Tekan Beton Mutu Sangat Tinggi
Biasanya pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 28 hari, tapi banyak struktur yang bertingkat tinggi sekarang membutuhkan beton mutu sangat tinggi sehingga pekerjaan jadwal konstruksi dimana unsur-unsur struktural dalam lantai bawah tidak penuh untuk periode satu tahun atau lebih. Dalam keadaan tersebut, wajar untuk menentukan kekuatan tekan didasarkan atas 56 –hingga 90 hari, sehingga mengambil keuntungan dari memperoleh kekuatan yang terjadi setelah 28 hari.
Batas atas beton kekuatan di 90 hari dan seterusnya tampaknya dapat menjadi 25.000 sampai 30.000 psi (172-207 MPa) dengan beberapa perkiraan bahan yang sangat istimewa dan ditempatkan oleh kontraktor di beberapa struktur utama, kuat tekan 25.000 psi beton dalam waktu dekat mungkin cukup layak dengan agregat tertentu dan bahan lainnya.
Pasta semen telah dibuat dan diuji kegagalan pada kekuatan sekitar 25.000 psi. Jumlah precasters yang secara rutin memproduksi beton dengan kekuatan diatas 6000 psi agak terbatas. Hati-hati daalam penggunaan air semen rendah rasio, pengurangan air campuran, dan pozzolans, tinggi kuat tekan (compressivestrength) beton produk pracetak dapat diproduksi dengan kualitas agregat dan semen yang baik. Dalam pembuatan beton pracetak, slump rendah dikonsolidasikan dalam bentuk getaran atau metode shock. Namun, semakin rapuh formulir yang digunakan dalam cor tempat konstruksi tidak mengijinkan pemadatan yang sama , dan lebih plastic dan beton bisa diterapkan untuk menghindari segregasi dan honeycomb. Selanjutnya penanganan khusus untuk menempatkan kontrol kualitas teknik mungkin perlu memastikan tercapainya tinggi kekuatan.
Wednesday, July 21, 2010
Teknik Pondasi
Teknik Pondasi (ada juga yang mengeja teknik fondasi) adalah suatu upaya teknis untuk mendapatkan jenis dan dimensi pondasi bangunan yang efisien, sehingga dapat menyangga beban yang bekerja dengan baik. Merupakan bagian dari ilmu Geoteknik.
Jenis-jenis pondasi
Pondasi dapat digolongkan menjadi tiga jenis:
* Pondasi Dangkal (eng: Shallow Foundation, de: Flach- und Flächengründungen), di dalamnya terdiri dari:
- Pondasi Setempat (eng: Single Footing, de: Einzelfundament)
- Pondasi Menerus (eng: Continuous Footing, de: Streifenfundament)
- Pondasi Pelat (eng: Plate Foundation, de:Plattenfundament)
. Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah,dibuat dari beton atau pasangan batu,meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah keras.
* Pondasi Dalam (eng: Deep Foundation, de: Tiefgründungen). Digunakan untuk menyalurkan beban bangunan melewati lapisan tanah yang lemah di bagian atas ke lapisan bawah yang lebih keras. Contohnya antara lain Tiang Pancang, Tiang Bor, kaison, dan semacamnya. Penyebutannya dapat berbeda-beda tergantung disiplin ilmu atau pasarannya.contohnya: Pondasi Tiang Pancang (eng: Pile Foundation, de: Pfahlgründungen)
* Kombinasi Pondasi Pelat dan Tiang Pancang (eng: Combination of Plate-Pile Foundation, de: Kombinierte Platten-Pfahlgründungen-KPP)
Jenis pondasi yang digunakan dalam suatu perencanaan bangunan tergantung dari jenis tanah dan beban yang bekerja pada lokasi rencana proyek.
Desain Pondasi
Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan penurunan / settlement tertentu oleh para Insinyur geoteknik dan struktur. Desain utamanya mempertimbangkan penurunan dan daya dukung tanah, dalam beberapa kasus semisal turap, defleksi / lendutan pondasi juga diikutkan dalam perteimbangan. Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan total(keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan diferensial(sebagian pondasi saja yang turun / miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi struktur yang didukungnya.
Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah terhadap pondasi( tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan, oleh karena itu para ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja hanya boleh, biasanya, sepertiga dari kekuatan desainnya.
Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjadi:
* Beban Horizontal/Beban Geser, contohnya beban akibat gaya tekan tanah, transfer beban akibat gaya angin pada dinding.
* Beban Vertikal/Beban Tekan dan Beban Tarik, contohnya:
- Beban Mati, contoh berat sendiri bangunan
- Beban Hidup, contoh beban penghuni, air hujan dan salju
- Gaya Gempa
- Gaya Angkat Air (eng: Lifting Force, de: Auftriebskraft)
* Momen
* Torsi
Pondasi
Setiap bangunan sipil , seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan, dinding penahan, menara, tanggul, harus mempunyai pondasi yang dapat mendukungnya.
Pondasi harus diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan Bangunan terhadap berat sendiri, beban - beban bangunan, gaya-gaya luar seperti: tekanan angin,gempa bumi, dan lain-lain. Disamping itu, tidak boleh terjadi penurunan melebihi batas yang diijinkan.
Agar Kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi Bangunan harus diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung beban bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang berlebihan.
Pondasi terdiri dari :
- Pondasi dangkal ( shallow foundation )
- Pondasi dalam ( deep foundation )
Pondasi dangkal digunakan bila letak tanah kerasnya berada dekat dengan permukaan tanah, yang kedalaman pondasi kurang atau sama dengan lebar pondasi ( D ≤ B ).
Pondasi dangkal terdiri dari : Pondasi telapak, cakar ayam, sarang laba-laba, gasing, grid, dan lain-lain.
Pondasi dalam terdiri dari : Pondasi sumuran, tiang, kaison.
Suatu jenis pondasi mempunyai karakteristik penggunaan tertentu. oleh karena itu, dalam mendisain pondasi perlu dibuat alternatif yang kemudian dipilih alternatif yang terbaik berdasarkan kriteria secara teknis,kemudahan pelaksanaan, ekonomis, dan dampak lingkungan.
Agar dapat hasil yang baik maka perlu mempunyai pengetahuan tentang permasalahan pondasi.Pada dasarnya permasalahan pondasi ada 2 yaitu :
- umum : stabilitas ( daya dukung , geser, dan guling ), perbaikan tanah, kelongsoran lereng, dan pengaruh air bersih.
khusus : getaran, daerah lendutan tambang ( minyak, air, dsb), ledakan gempa bumi, dll
Masih perlukah mempelajari Mekanika Teknik Klasik dalam Era Serba Komputer ?
Mata kuliah Mekanika Teknik adalah salah satu mata kuliah wajib pendidikan S1 Teknik Sipil. Sebagian besar materi yang diberikan adalah metoda klasik dengan penyelesaian manual, metode matrik yang berbasis komputer juga diberikan tetapi umumnya terbatas pada masalah-masalah yang relatif sederhana yang dapat juga diselesaikan dengan cara manual.
Mekanika teknik atau dikenal juga sebagai mekanika rekayasa atau analisa struktur merupakan bidang ilmu utama yang dipelajari di ilmu teknik sipil. Pokok utama dari ilmu tersebut adalah mempelajari perilaku struktur terhadap beban yang bekerja padanya. Perilaku struktur tersebut umumnya adalah lendutan dan gaya-gaya (gaya reaksi dan gaya internal).
Dalam mempelajari perilaku struktur maka hal-hal yang banyak dibicarakan adalah
* stabilitas
* keseimbangan gaya
* kompatibilitas antara deformasi dan jenis tumpuannnya
* elastisitas
Dengan mengetahui gaya-gaya dan lendutan yang terjadi maka selanjutnya struktur tersebut dapat direncanakan atau diproporsikan dimensinya berdasarkan material yang digunakan sehingga aman dan nyaman (lendutannya tidak berlebihan) dalam menerima beban tersebut.
Sisi lain melihat perkembangan di dunia industri konstruksi yang nyata, ketersediaan program komputer untuk analisa struktur semakin canggih dan relatif semakin mudah digunakan. Menu pengoperasiannya sangat user-friendly seperti sistem operasi Windows yang umum dipakai.
Untuk mendapatkannya pun sekarang ini juga relatif mudah, dari yang termahal sampai
termurah ditawarkan, bahkan ada yang tersedia gratis di internet untuk dapat di down-load. Sehingga dalam prakteknya, khususnya di perusahaan konsultan perencanaan penggunaan
program komputer untuk analisa struktur adalah mutlak. Akibatnya metoda-metoda klasik
tertentu yang diajarkan di tingkat S1 tidak perlu digunakan dan bahkan sampai terlupakan. Melihat fenomena tersebut, masih perlukah mempelajari mekanika teknik klasik dalam era serba komputer seperti saat ini ?
Tulisan ini mencoba mengungkapkan salah satu pengalaman dalam pembelajaran mekanika
teknik klasik yang ternyata membantu mengidentifikasi suatu kesalahan dari hasil program komputer yang sebelumnya dianggap selalu reliable.
Penulis menyimpulkan bahwa metoda mekanika teknik klasik merupakan salah satu cara yang relatif sederhana dan efektif untuk mengajarkan dasar-dasar mekanika teknik dan untuk melatih intuisi rekayasa atau engineering judgement yang diperlukan untuk mengevaluasi hasil dari program komputer canggih. Semakin canggih suatu program maka semakin kompleks pemahaman yang diperlukan untuk mengetahui apakah hasilnya betul atau salah.
Kata kunci : mekanika teknik, engineering judgement, mekanika klasik / berbasis komputer.
Mekanika Teknik, merupakan salah satu mata kuliah utama dalam
pendidikan sarjana teknik sipil di Indonesia. Dalam beberapa kasus, mata kuliah tersebut kadang kadang menjadi momok tersendiri bagi mahasiswa. Bagi insinyur sipil yang telah berkecipung didunianya, memang nyata bahwa pemahaman yang diperoleh dalam mata kuliah tersebut sangat membantu profesinya. Oleh karena itu menjadi tantangan para pengajar bagaimana memberikan pemahaman tentang mekanika melalui perkuliahan yang diberikan.
Salah satu keengganan untuk mempelajari mekanika teknik klasik adalah adanya pameo atau anggapan bahwa nantinya “itu semua” dapat dikerjakan komputer. Kondisi tersebut tidak bisa disalahkan, memang perkembangan dunia komputer sangatlah pesat. Cukup banyak profesi yang diambil alih oleh adanya komputer. Cobalah cari mesin ketik manual, sudah jarang bukan. Istilah tutup buku yang dahulu umum dijumpai pada bank-bank, sehingga kantor terpaksa ditutup untuk umum, tetapi sekarang karena adanya komputer menyebabkan proses tersebut dapat dilakukan setiap saat sehingga tidak perlu waktu khusus. Akankah kemudian profesi kita, yang notabene adalah banyak berkecipung dengan proses hitungan juga digantikan oleh keberadaan komputer ?
Komputer yang dimaksud tentunya adalah komputer yang dilengkapi piranti lunak untuk analisa struktur atau mekanika teknik. Apakah betul jika telah membeli atau mempunyai piranti yang dimaksud maka penyelesaian mekanika teknik secara otomatis diperoleh ?
Dialektika Geologi
Ada sebuah pepatah Inggris yang mengatakan, "sekokoh tanah yang kita pijak." Sekalipun ide ini begitu menentramkan hati kita, ia jauh sekali dari kenyataan. Bumi di bawah kaki kita tidaklah sekokoh yang kita pikirkan. Bebatuan, pegunungan, benua-benua itu sendiri, berada dalam keadaan bergerak dan berubah terus-menerus, sifat yang baru setengah abad belakangan saja dipahami orang. Geologi adalah ilmu tentang pengamatan dan penjelasan dari semua gejala yang terjadi di permukaan dan di kedalaman planet ini. Tidak seperti lain-lain ilmu alam seperti fisika dan kimia, geologi mendasarkan dirinya, bukan pada percobaan melainkan pada pengamatan. Sebagai akibatnya, perkembangannya ditentukan sekali oleh cara orang menginterpretasi hasil-hasil pengamatan itu. Hal ini, pada gilirannya, ditentukan oleh kecenderungan filsafat dan agama pada jamannya. Fakta ini menjelaskan perkembangan geologi yang berkembang jauh lebih lambat dibandingkan dengan lain-lain ilmu tentang bumi. Baru tahun 1830 Charles Lyell, salah satu bapak geologi modern, menunjukkan bahwa bumi berusia jauh lebih tua daripada apa yang dikatakan oleh Kitab Kejadian. Pengukuran lanjut berdasarkan peluruhan radioaktif membenarkan hal ini, menetapkan bahwa bumi dan bulan berusia sekitar 4,6 milyar tahun.
Sejak awal manusia telah sadar akan gejala-gejala seperti gempa bumi dan ledakan gunung yang mengungkap kekuatan mahadahsyat yang tersumbat di bawah permukaan bumi. Tapi sampai abad ini gejala-gejala itu selalu disebut sebagai disebabkan oleh para dewa. Poseidon (Neptunus) adalah "sang pengguncang bumi" sementara Vulcan (Hephistes) adalah dewa pandai besi yang pincang, yang tinggal di perut bumi, dan menyebabkan gunung meletus setiap ia mengayunkan godamnya. Para geolog di abad ke-18 dan 19 terdiri dari para aristokrat dan biarawan, yang percaya, bersama Uskup Ussher, bahwa bumi diciptakan oleh Tuhan pada tanggal 23 Oktober 4004 SM. Untuk menjelaskan ketidakberaturan pada permukaan bumi, seperti lembah dan pegunungan tinggi, mereka mengembangkan satu teori - catastrophism - yang mencoba membuat fakta-fakta yang teramati cocok dengan kisah-kisah bencana dalam kitab suci, seperti kisah tentang Air Bah. Tiap musibah menyapu bersih seluruh spesies, yang merupakan penjelasan yang nyaman untuk adanya fosil yang telah mereka temukan terkubur jauh di dalam bebatuan di tambang-tambang batubara.
Bukan satu kebetulan bahwa teori katastropik mendapat pijakan paling kuat di Perancis, di mana Revolusi Besar 1789-94 memiliki pengaruh yang paling kuat atas psikologi semua kelas, yang gemanya masih terus dibunyikan di semua generasi susul-menyusul. Bagi mereka yang berniat melupakannya, revolusi 1830, 1848 dan 1870 merupakan peringatan yang sangat jelas atas pengamatan Marx yang tajam bahwa Perancis adalah negeri di mana perjuangan kelas selalu dilakukan sampai tahapan terakhirnya. Bagi Georges Cuvier, naturalis dan geolog Perancis abad ke-19 yang terkenal itu, perkembangan bumi ditandai dengan "sederetan masa-masa pendek yang mengandung perubahan yang intensif, dan tiap masa menandai satu titik balik dalam sejarah. Di antara masa-masa itu, terdapat masa-masa stabilitas yang panjang dan membosankan. Seperti Revolusi Perancis, setelah masa penuh gejolak, segala sesuatunya berubah. Seperti itu pula, waktu geografis dibagi-bagi menjadi bab-bab yang terpisah, masing-masing dengan tema dasarnya sendiri."[i]
Jika Perancis adalah negeri klasik bagi revolusi dan kontra-revolusi, Inggris adalah tanah klasik bagi reformisme dan gradualisme. Revolusi borjuis Inggris, seperti yang terjadi di Perancis, juga terjadi dengan sangat berdarah, di mana Raja kehilangan kepalanya, demikian juga banyak orang lain. Sejak itu "kelas-kelas terhormat" di Inggris telah berusaha keras untuk melupakan hal ini. Mereka jauh lebih suka untuk mengingat apa yang dinamai dengan tidak cocok sebagai "Revolusi Gemilang" 1688, satu kudeta yang sama sekali tidak gemilang di mana seorang avonturir Belanda bertindak sebagai makelar politik dalam sebuah perebutan kekuasaan antara orang-orang kaya baru dari Kota dengan para aristokrat. Kejadian ini telah menyediakan basis teoritik bagi tradisi Anglo-Saxon tentang gradualisme dan "kompromi-kompromi".
Kejijikan terhadap perubahan revolusioner dalam segala bentuknya diterjemahkan ke dalam sebuah keinginan yang obsesif untuk menghapuskan segala jejak lompatan mendadak yang terjadi di alam maupun masyarakat. Lyell mengajukan satu pandangan yang persis berseberangan dengan katastropisme. Menurutnya, garis batas antara berbagai lapisan geologis tidak menunjukkan adanya perubahan mendadak tapi sekedar mencatat pergeseran pola transisi antara dua lingkungan habitat yang berdekatan. Tidak perlu kita mencari satu pola global. Masa geologis hanyalah satu metode klasifikasi yang enak dilihat, agak mirip dengan pembagian sejarah Inggris menurut siapa yang sedang berkuasa.
Engels memuji sumbangan Lyell untuk kemajuan geologi:
"Lyell adalah orang yang pertama membawa nalar sehat ke dalam geologi dengan menggantikan revolusi-revolusi mendadak yang ditentukan oleh kehendak dari sang Pencipta dengan transformasi perlahan-lahan yang dialami bumi."
Walau demikian, ia juga mengakui kelemahan Lyell;
"Kekurangan dari pandangan Lyell - setidaknya dalam bentuk-bentuk awalnya - terletak pada pandangan bahwa kekuatan-kekuatan yang bekerja pada bumi adalah konstan, baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Pendinginan pada bumi tidak berarti baginya; bumi tidak berkembang menuju arah tertentu tapi hanya berubah dalam cara yang kebetulan dan tidak beraturan."[ii]
Peter Westbrock menulis,
"Pandangan-pandangan ini mencerminkan filsafat yang dominan terhadap ciri sejarah geologis - di satu pihak katastropisme, paham tentang stabilitas yang diganggu oleh masa-masa singkat yang berisi perubahan cepat, dan di pihak lain, gradualisme, ide tentang fluktuasi yang kontinyu. Pada masa Coquand, katastropisme pada umumnya diterima di Perancis, tapi simpati untuk filsafat ini akan dengan cepat pudar, karena alasan-alasan praktis. Teori geologis harus dibangun dari nol. Para pendiri geologi dipaksa untuk menerapkan prinsip-prinsip masa kini sebagai kunci untuk memahami masa lalu seketat mungkin. Katastropisme tidak terlalu berguna persis karena ia mengklaim bahwa kondisi geologis dari satu masa berbeda secara mendasar dengan kondisi di masa yang menyusulnya. Dengan teori geologis yang jauh lebih maju, yang sekarang ini ada di tangan kita, kita dapat mengambil sikap yang lebih lentur. Menariknya, katastropisme kini sedang mendapatkan kembali momentumnya."[iii]
Argumen antara gradualisme dan katastropisme sebenarnya hanya di permukaan saja. Hegel telah membahas persoalan ini dengan menciptakan garis pengukuran nodal, di mana akumulasi perubahan kuantitatif yang perlahan-lahan melahirkan lompatan kualitatif secara berkala. Gradualisme diganggu, sampai satu kesetimbangan baru dapat ditegakkan, tapi pada tingkatan yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Proses perubahan geologis ini bersesuaian persis dengan model Hegel, dan hal itu kini telah dibuktikan dengan meyakinkan.
Sunday, July 18, 2010
TRANSPORTASI PERKOTAAN
A. Permasalahan Transportasi Perkotaan.
Meliputi : - kemacetan lalu-lintas
- parkir
- angkutan umum
- polusi dan masalah ketertitiban lalu-lintas
Kemacetan lalu-lintas
Menimbulkan kerugian dilihat dari :
-Pengemudi
-Segi ekonomi
-Dan lingkungan
Masalah Parkir
-Tidak adanya fasilitas parkir
-Banyak tempat usaha tidak memiliki lahan parkir yang sesuai.
-Badan jalan dijadikan tempat parkir.
Angkutan Umum
- Kurang nyaman, kurang aman dan kurang effisiennya fasilitas angkutan umum.
- Angkutan massal spt kereta api masih kurang berfungsi untuk angkutan umum perkotaan.
Polusi
Meliputi :
-Polusi udara
-Polusi suara (bising)
Ketertiban lalu-lintas
Ketertiban berlalu-lintas di Indonesia masih sangat rendah.
-Tingkat kecelakaan
-Tingkat kematian krn kecelakaan
-Pelanggaran lalu-lintas yang tinggi, bahkan menduduki peringkat atas di dunia.
B. Kebijakan Transportasi Perkotaan dan Manajemen Lalu-lintas
Kebijakan transportasi perkotaan dikembangkan dan diarahkan dalam kerangka tertentu, yaitu dengan mempertahankan kualitas lingkungan serta dengan mengembangkan manajemen lalu-lintas dengan cara mengoptimalkan fasilitas yang ada dengan perbaikan-perbaikan pengaturan lalu-lintas serta menghindari pembangunan fisik seperti pembangunan jalan baru atau pelebaran jalan.
Strategi Manajemen Lalu-lintas
1. Sistem Pengontrolan Lalu-lintas
Sistem pengontrolan lalu-lintas merupakan pengaturan lalu-lintas yang berupa perintah atau larangan. Perintah atau larangan tersebut dapat berupa lampu lalu-lintas, rambu lalu-lintas atau marka jalan.
Sistem pengontrolan lalu-lintas meliputi:
a. Pada persimpangan jalan
Optimalisasi lampu lalulintas, pemasangan/pe-mindahan lampu lalulintas, prioritas kepada bus kota pada persimpangan dengan lampu lalu-lintas, koordinasi lampu lalulintas.
b. Pada jalan masuk atau keluar dari persim-pangan
Jalan satu arah, ke kiri boleh terus pada lampu merah, larangan belok, jalan hanya khusus untuk penduduk di daerah tersebut.
c. Penggunaan jalur
Larangan untuk mobil kur-ang dari 3 penumpang, jalur yang dapat dibalik arah, jalur khusus untuk angkutan umum.
d.Penggunaan tepi jalan
Larangan parkir, pe—nempatan halte bus, penentuan daerah bongkar muat, pelebaran/penyempitan jalan kaki lima.
e. Pengaturan kecepatan kendaraan
Dengan cara pembatasan kecepatan maksimum/mini-mum yang akan berpengaruh terhadap kapa-sitas maupun keamanan jalan.
f. Parkir
Parkir khusus untuk angkutan umum, pembatasan waktu parkir, pengontrolan tem-pat parkir.
2. Informasi Kepada Pemakai Jalan
Informasi kepada pemakai jalan dapat berupa:
-Pendidikan
-Informasi sebelum melakukan perjalanan
-Informasi pada saat melakukan perjalanan.
3. Tarif (Pricing)
Pricing dimaksudkan untuk menekan jumlah pemakai fasilitas transportasi dengan jalan membebani pemakai fasilitas tersebut dengan biaya tertentu.
Pricing meliputi:
-Road Pricing : memberi beban biaya kepada pemakai jalan, berupa: tarif toll, pajak kendaraan, pajak penggunaan kendaraan.
-Tarif parkir: memberi beban biaya kepada pemakai fasilitas parkir., berupa tarif parkir berdasarkan waktu parkir, perbedaan tarif parkir.
- Tarif angkutan umum : dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik angkutan umum serta meratakan beban angkutan umum berupa, pengurangan tarif, perbedaan tarif pada jam puncak, pembebasan tarif pada waktu pindah kendaraan, perbedaan tarif berdasarkan umur/ pekerjaan, karcis langganan.
4. Modifikasi Angkutan Umum
Modifikasi operasi angkutan umum meliputi :
Perbaikan operasi, yang dilakukan dengan cara modifikasi jalur bus kota, modifikasi jadwal bus kota, efisiensi jumlah penumpang, efisiensi pembayaran karcis.
Perpindahan moda dilakukan dengan cara: letak halte, fasilitas park and ride, integrasi antar moda, perbaikan kenyamanan di halte.
Efisiensi manajemen, dengan cara: perbaikan pemeliharaan kendaraan, perbaikan keamanan.
Modifikasi jenis angkutan umum, dengan cara membuat kualitas angkutan umum yang dimo-difikasi menjadi beberapa tingkatan untuk menarik orang2 dari golongan bawah sampai golongan atas, sedangkan kapasitas angkutan umum yang digunakan disesuaikan dengan tingkat pembebanan pada jalur tersebut.
5. Modifikasi Pemakai Jalan
Maksud dari modifikasi pemakai jalan yaitu agar waktu perjalanan pemakai jalan dapat di ubah, sehingga penggunaan jalan selama 24 jam lebih merata dan efisien. Modifikasi pemakai jalan meliputi:
- Modifikasi distribusi waktu pemakai jalan meliputi: pergeseran waktu kerja, pemendek-an/perpanjangan waktu kerja, perpanjangan jam buka toko/pelayanan umum.
-Modifikasi frekuensi pemakaian jalan, meliputi: pengantaran pesanan makanan/ barang ke rumah, pelayanan fasilitas umum per surat/telepon, perluasan jaringan telepon.
Modifikasi tata ruang berupa modifikasi tata guna lahan.
C. PERMASALAHAN PARKIR
Berdasarkan lokasinya, parkir dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
- Parkir pada badan jalan (on Street Parking)
- Parkir di luar badan jalan (off Street Parking)
Permasalahan :
- Kurangnya fasilitas parkir di luar badan jalan, baik berupa taman parkir atau lahan khusus parkir, shg mengakibatkan beban parkir terakumulasi di badan jalan yang berakibat berkurangnya kapasitas jalan.
Kawasan dengan permasalahan parkir
Kawasan –kawasan yang memiliki permasalahan parkir di daerah perkotaan antara lain :
-Pasar
-Komplek Pertokoan/Perdagangan
-Komplek Pendidikan (sekolah, kampus)
-Komplek Perkantoran
-Tempat ibadah
-Permukiman di daerah perkotaan
D. PERMASALAHAN ANGKUTAN UMUM
Permasalahan : kurang berfungsinya angkutan umum secara optimal. Angkutan publik tdk berfungsi dengan baik dan cenderung menjadi opsi terakhir masyarakat sebagai sarana transportasi karena tidak nyaman, tidak aman, jadwal yang tidak teratur, kesemrawutan, berhenti dan ngetem di sembarang tempat.
Mengatasi Masalah Angkutan Umum
Melalui :
Pembatasan dan efisiensi jumlah armada
Optimalisasi dan modifikasi trayek secara peri-odik
Optimalisasi infrastruktur pendukung angkut-an umum
Segmentasi angkutan umum
Memberikan prioritas kepada angkutan umum
E. PERMASALAHAN PENCEMARAN
Pencemaran :
- Polusi (80 % polutan disumbangkan oleh transportasi)
F. PERKEMBANGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN
Di masa depan, transportasi perkotaan dikembangkan dalam koridor pelayanan yang cepat, andal, efisien, efektif, nyaman, ekonomis dan aman.
SISTEM TRANSPORTASI
SISTEM :
Bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain dalam tatanan yang terstruktur
TRANSPORTASI :
Kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain.
Bentuk keterikatan dan keterkaitan antara ber-bagai variabel dalam suatu kegiatan peminda-han penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain.
Maksud adanya sistem transportasi adalah untuk mengatur dan mengkoordinasikan pergerakan penumpang dan barang yang bertujuan untuk memberikan optimalisasi proses pergerakan tersebut.
PEMILIHAN MODA ANGKUTAN
. Karakteristik pelaku perjalanan
. Karakteristik perjalanan
. Karakteristik fasilitas transportasi
HUBUNGAN DENGAN CABANG ILMU LAIN
-Ekonomi
-Planologi
-Sosial Politik
-Lingkungan
-Hukum
-Budaya
-Geografi
SISTRANAS (SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL)
Adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara kesisteman, yang terdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi sungai dan danau, transportasi penyeberangan, transportasi laut, transportasi udara yang masing2 terdiri dari sarana dan prasarana yg saling berinteraksi membentuk sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, terpadu dan harmonis, berkembang secara dinamis.
Sasaran dan Fungsi Sistranas
Sasaran Sistranas adalah meliputi keselamatan (safety) yang diwujudkan dalam rendahnya angka kecelakaan, aksesibilitas yang tinggi (high accessibility) yang meliputi jaringan jalan untuk seluruh jalan, keterpaduan, kapasitas yang mencukupi yang berarti ketersediaan yang mencukupi kebutuhan dan permintaan pengguna jasa, keteraturan jadwal, lancar dan cepat yang berarti waktu tempuh singkat dengan tingkat keselamatan tinggi, kemudahan, ketepatan waktu, kenyamanan, effisien, keterjangkauan tarif, tertib, rendah polusi serta aman.
Fungsi Sistranas
Fungsi utama Sistranas adalah sebagai berikut :
Sebagai Penunjang yaitu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan transportasi terutama di kawasan yang padat.
Sebagai Pendorong, yaitu berfungsi untuk menghubungkan daerah terisolasi dengan daerah yang telah berkembang, sehingga dapat mengembangkan daerah yang terisolasi tersebut.
Komponen Sistranas
Komponen Sistranas meliputi :
-Input transportasi
-Moda transportasi
-Jaringan transportasi
-Pihak terkait
-Penyelenggara transportasi
-Instrumental input
-Lingkungan strategis
-Visi dan Misi
-Kebijakan
-Pelayanan
MODA-MODA TRANSPORTASI
A. Transportasi Darat
1. Jalan raya
a. Sejarah
b. Struktur perkerasan
(perkerasan lentur, kaku dan komposit).
B. Transportasi Udara
a. Fasilitas Sisi Udara
Fasilitas bandara sisi udara meliputi; landas pacu (runway), landas hubung (taxiway) dan landas parkir (apron).
Landas Pacu (Runway)
Adalah bagian dari bandar udara yang berbentuk empat persegi panjang dan digunakan untuk lepas landas (take-off) dan mendarat (landing).
Landas Hubung (Taxiway)
Adalah jalan pesawat terbang di daratan yang menghubungkan satu bagian bandar udara dengan bagian bandar udara lain. Penentuan lebar taxiway berdasarkan persyaratan dari ICAO dan FAA.
Landas parkir (Apron)
Jenis landas parkir dapat diklasifikasikan :
1.Terminal apron, yaitu tempat pesawat terbangmelakukan manuver dan parkir di dekat terminal penumpang. Di tempat ini penumpang dari bangunan terminal, naik ke pesawat terbang. Disini dilakukan pengisian bahan bakar, bongkar muat barang(cargo, mail dan baggage).
2.Cargo terminal adalah jenis khusus untuk pesawat terbang yang hanya mengangkut barang. Tempatnya terpisah dari terminal apron.
3.Parking Apron, yang diperlukan bila terdapat pesawat terbang yang parkir dalam waktu yang cukup lama, misalnya untuk perawatan kerusakan ringan.
Landas Parkir (Apron)
4.Service and hangar apron, adalah daerah terbuka di dekat hangar tempat perawatan pesawat terbang. Hangar apron adalah daerah untuk pesawat terbang masuk/keluar dari storage hangar.
5.General aviation apron, yang dibuat untuk pesawat kecil (general aviation aircraft), yang sering digunakan untuk penerbangan bisnis atau pribadi.
b. Fasilitas Sisi Darat(Land Side)
1.Bangunan Terminal, merupakan wadah peralihan aktivitas dari sisi darat ke bagian sisi udara atau sebaliknya. Fasilitas bangunan terminal dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu: kelompok umum, kelompok keberangkatan, kelompok kedatangan dan kelompok penunjang.
2.Terminal Kargo, harus direncanakan bersama-sama dengan terminal penumpang dengan memperhatikan karakteristik operasional dan kebutuhannya untuk mencapai hasil yang optimum.
3.Bangunan operasi dan administrasi adalah bangunan yang berfungsi sebagai wadah kegiatan yang menunjang operasional dan keselamatan penerbangan yang dibutuhkan oleh bandar udara.
4.Bangunan Penunjang Operasional berfungsi untuk membantu kegiatan operasi bandar udara secara total.
5.Terminal VIP adalah terminal penumpang yang diperuntukkan bagi kegiatan pelayanan tertentu seperti pejabat tinggi negara, pejabat pemerintahan dan tamu penting.
C. TRANSPORTASI AIR
Transportasi air dapat dibagi 2, yaitu:
-Angkutan Laut
-Angkutan Sungai dan Penyeberangan (ASDP).
1. Angkutan Laut
PELABUHAN
Pelabuhan dapat diklasifikasikan berdasarkan :
-Segi penyelenggaraan
-Segi fungsi
-Segi letak geografis
Pelabuhan berdasarkan Segi Penyelenggaraan
a. Pelabuhan Umum
adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat umum. Penyelenggara pelabuhan ini adalah Pemerintah, sedang pelaksanaannya dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara. Di Indonesia terdapat 4 BUMN yang diberi kewenangan untuk mengelola pelabuhan, yaitu PT (persero) Pelabuhan Indonesia I di Medan, II JKT,III SBY,IV Makassar.
b. Pelabuhan Khusus
adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan sendiri dan khusus. Pelabuhan ini biasanya dibangun oleh perusahaan (pemerintah atau swasta) yang berfungsi sebagai prasarana pengiriman hasil produksi.
Pelabuhan berdasarkan Segi Pengusahaan
a). Pelabuhan yang diusahakan untuk memberikan fasilitas2 yang diperlukan oleh kapal yang memasuki pelabuhan untuk kegiatan bongkar muat barang, menaik-turunkan penumpang serta kegiatan lainnya dengan dikenakan biaya2 tertentu.
b). Pelabuhan yang Tidak Diusahakan
Biasanya hanya merupakan tempat singgah kapal/perahu dengan tidak dilengkapi alat-alat bongkar-muat, bea cukai dan lain-lainnya.
Pelabuhan berdasarkan segi Fungsi
Pelabuhan Laut
yaitu pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal-kapal asing
Pelabuhan Pantai
yaitu pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan di dalam negeri, sehingga tidak bebas disinggahi oleh kapal2 asing, kecuali dengan permintaan ijin tertentu.
Pelabuhan berdasarkan Segi penggunaan
-Pelabuhan ikan
-Pelabuhan minyak
-Pelabuhan barang
-Pelabuhan penumpang
-Pelabuhan campuran
-Pelabuhan militer
-Pelabuhan berdasarkan Segi letak Geografis
-Pelabuhan alam
-Pelabuhan buatan
-Pelabuhan semi alam
2. Angkutan Sungai Dan PenyebrangaN(ASDP)
Angkutan sungai dan penyeberangan (ASDP) adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan bergerak, yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalan kereta api yang terputus karena adanya perairan.
JALAN KERETA API (JALAN REL)
SEJARAH
Beberapa keunggulan angkutan kereta api :
a.Merupakan angkutan massal
b.Tidak polutif, krn memakai bahan bakar diesel dan listrik
c.Hemat energi dan ruang
d.Aman dan lancar, krn memiliki jalur sendiri yang tidak tergantung pada moda lain.
e.Efisien untuk lalu lintas padat dan angkutan Perkotaan.
B. Klasifikasi Jalan Rel
Jalan rel dapat dikelompokkan berdasarkan:
-Lebar sepur
-Kecepatan maksimum yang diijinkan
-Kelandaian
-Jumlah jalur
-Kelas jalan rel.
Klasifikasi berdasarkan lebar Sepur
Lebar sepur adalah jarak terpendek antara kedua kepala rel yang diukur dari sisi dalam. Berdasarkan lebar sepur ini terdapat beberapa jenis :
Sepur Standar, dengan lebar sepur 1435 mm
Sepur Lebar, dengan lebar sepur lebih dari 1435 mm
Sepur Sempit, dengan lebar sepur kurang dari 1435 mm.
Klasifikasi berdasarkan jumlah jalur
Klasifikasi jalan rel berdasarkan jumlah jalur pada lintasan bebas adalah sebagai berikut:
1.Single Track atau jalur tunggal, yaitu hanya satu jalur yang digunakan untuk melayani kereta api dua arah
2.Double Track atau jalur ganda, yaitu dua jalur yang masing2 jalur digunakan untuk melayani kereta api dari satu arah saja.
Klasifikasi berdasarkan kelas jalan rel
Struktur Jalan Rel
1.Struktur Atas, yang terdiri dari rel, bantalan dan penambat rel
2.Struktur Bawah, yang terdiri dari balas dan tanah dasar.
Bantalan
Fungsi utama bantalan adalah memberikan dukungan dan meneruskan beban dari rel ke balas dengan bidang sebaran beban yang lebih luas sehingga dapat memperkecil tekanan yang dipikul oleh balas, pengikat rel, memberikan stabilitas kedudukan sepur dalam balas, serta menghindarkan kontak langsung antara rel dengan air tanah.
Jenis-jenis bantalan antara lain :
Bantalan kayu
Bantalan baja
Bantalan beton
Balas
Fungsi utama balas adalah memberikan dukungan dan meneruskan beban yang diterima oleh bantalan ke tanah dasar, menahan kemungkinan pergeseran bantalan dan rel baik arah melintang dan membujur, meloloskan air di sekitar bantalan dan rel, serta mendukung bantalan dengan dukungan yang kenyal. Letak balas adalah di atas lapisan tanah dasar (sub grade).
PENGAMATAN TANAH
Sumber daya lahan/tanah merupakan suatu massa
yang kita manfaatkan untuk berusaha dan untuk
kehidupan. Lahan ini bukannya merupakan milik kita,
tetapi lebih tepat sebagai lahan pinjaman dari anak
cucu kita. Oleh karena itu perlu kita kelola secara baik
dan benar, sesuai dengan potensinya. Pemaksaan
penggunaannya akan berakibat kehancuran dan
berakibat bencana pada masa-masa mendatang.
Sumber daya lahan tidak dapat dipisahkan dengan
tanah yang ada pada lahan tersebut, disamping
faktor-faktor luar yang akan mempengaruhinya. Tanah
merupakan media tumbuh bagi tanaman atau suatu
komoditas yang diusahakan. Oleh karena itu tanah
banyak menjadi sorotan baik oleh para pengusaha
maupun oleh para ilmuwan.
Ilmuwan melihat tanah tidaklah sama perspektifnya
dengan para pengusaha atau para petani. Ilmuwan
melihat tanah dalam bentuk tiga dimensi, yaitu dimensi
ke dalam, dimensi ke samping dan dimensi ke
permukaan. Banyak orang hanya melihat tanah
sebagai media tumbuh yang berupa lapisan atas,
hanya berupa dimensi permukaan atau satu dimensi
saja, dan tidak melihat lebih lanjut tentang apa yang
ditemukan di bagian dalam dan kondisi permukaan
sekitarnya.
Mencatat keadaan tanah di suatu tempat tidaklah
cukup hanya mencatat tentang tekstur, warna, dan pH,
tetapi harus meliputi seluruh karakter tanah secara
implisit, termasuk diantaranya klasifikasi tanahnya.
Ilmuwan berusaha untuk melakukan penelitian lapang
guna menemukan paket teknologi yang dapat
memberikan produksi yang maksimum, dan dengan
harapan agar paket teknologi tersebut dapat dialihkan
ke tempat lain atau untuk dijadikan bahan
kebijaksanaan pemerintah (paket pemupukan untuk
bimas dll). Seandainya temuan paket teknologi pada
hasil percobaan lapangan pada suatu tanah tertentu,
dimana tanahnya tersebut tidak diketahui secara pasti
sifat-sifat dan klasifikasinya, maka akan sulit paket
teknologi tersebut dapat dialihkan ke tempat lain.
Selama Balai Penelitian Tanah (dengan
nama-nama sebelumnya yang berubah beberapa kali)
berdiri di Indonesia ini, baru dua kali diterbitkan buku
pengamatan tanah, yaitu pertama Pedoman
Pengamatan Tanah di Lapang (Staf Pemetaan LPT,
1969) yang pada saat itu sistem klasifikasi tanah yang
digunakannya adalah sistem klasifikasi tanah nasional.
Pedoman Pengamatan Tanah di lapang ini kemudian
diperbaharui dengan judul Panduan Survei Tanah
(Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1994).
Dengan berkembangnnya ilmu tanah akhir-akhir ini
buku Pedoman Pengamatan Tanah di Lapang tersebut
perlu dilakukan perubahan. Adanya perubahan-perubahan
sistem klasifikasi tanah, maka dianggap perlu
diterbitkan buku pedoman atau petunjuk teknis
pengamatan tanah yang baru. Departemen Pertanian
Amerika Serikat (USDA) juga telah membuat buku-buku
pedoman pengamatan tanah baru, diantaranya:
- Soil Survey Manual, 1983, 1990
- National Soil Handbook, 1983 dan 1992.
Oleh karena itu di Indonesia sangat perlu
diterbitkan buku petunjuk teknis pengamatan tanah
yang baru, sesuai dengan perkembangan ilmu tanah.
Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah ini disusun terutama
mengacu kepada Panduan Survei Tanah (Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1994).
TANAH YANG DIAMATI
Tanah yang diamati didefinisikan sebagai benda
alam yang tersusun dari padatan (bahan mineral dan
bahan organik), cairan dan gas, yang menempati
permukaan daratan, dan dicirikan oleh Horizon-Horizon
atau lapisan-lapisan yang dapat dibedakan dari bahan
asalnya sebagai suatu hasil dari proses penambahan,
kehilangan, pemindahan, dan transformasi energi dan
materi, atau berkemampuan mendukung tanaman
berakar di dalam lingkungan alami (Soil Survey Staff,
1998). Definisi ini memperluas definisi tanah dari
Taksonomi Tanah versi tahun 1975, guna mencakup
tanah-tanah di wilayah Antartika yang proses
pembentukannya dapat berlangsung, tetapi iklimnya
bersifat terlampau ekstrim untuk mendukung bentukbentuk
tanaman tingkat tinggi.
Batas atas dari tanah adalah antara tanah dan
udara, air dangkal, tumbuhan hidup, atau bahan
tumbuhan yang belum mulai melapuk. Wilayah yang
dianggap tidak mempunyai tanah adalah apabila
permukaannya secara permanen tertutup oleh air yang
dalam (>2,5 m) untuk pertumbuhan tanaman berakar.
Batas-batas horizontal tanah adalah wilayah dimana
tanah berangsur beralih ke air dalam, areal-areal
tandus, batuan atau es. Pada sebagian wilayah,
pemisahan antara tanah dan bukan tanah sedemikian
berangsur sehingga perbedaan yang jelas tidak dapat
dibatasi. Batas bawah yang memisahkan tanah dari
bahan bukan tanah yang terletak di bawahnya,
adalah yang paling sulit ditetapkan. Tanah tersusun dari
Horizon-Horizon dekat permukaan bumi yang berbeda
kontras terhadap bahan induk di bawahnya, telah
mengalami perubahan oleh interaksi antara iklim, relief,
dan jasad hidup selama waktu pembentukannya.
Biasanya pada batas bawah tanah beralih berangsur
ke batuan keras atau ke bahan-bahan tanah yang
sama sekali bebas dari fauna tanah, perakaran, atau
tanda-tanda kegiatan biologis lain. Untuk tujuan
klasifikasi tanah, batas bawah tanah yang kita amati
ditetapkan sampai kedalaman 200 cm.
Tanah secara ilmiah merupakan suatu tubuh alam
yang bersifat 3 dimensi. Tanah itu sendiri
keberadaannya di alam ini sulit untuk dibatasi,
walaupun dalam bentuk sebagai polipedon. Ilmuwan
tanah mengklasifikasikan tanah dalam bentuk "pedon",
yaitu suatu unit terkecil yang merupakan pewakil.
Sedangkan ilmuwan membuat suatu sistem klasifikasi
tanah dalam usahanya untuk memudahkan
pengelompokannya dan dalam usaha untuk
memudahkan interpretasinya. Sedangkan
keberadaannya di alam dalam bentuk 3 dimensi. Hal ini
tidak mudah untuk diketahui secara langsung, apabila
kita berada di alam itu sendiri. Ini dapat dimaklumi
karena kita hanya melihat dari sudut salah satu
dimensinya saja, yaitu dimensi permukaan.
Bentang alam adalah realita keberadaan muka
bumi yang dicirikan dengan bentuk, perbedaan tinggi,
tinggi tempat, kemiringan, dan kondisi permukaannya.
Keberadaan bentang alam ini bisa datar dan rata, bisa
juga datar dengan relief mikro, dan bisa juga datar
dengan permukaan yang berbatu-batu, atau datar
dengan permukaan yang digenangi oleh air, misalnya
dari beberapa milimeter sampai beberapa desimeter
kedalamannya. Dengan demikian tidak dapat diketahui
secara pasti tentang klasifikasi tanahnya.
Bentang alam itu sendiri terdiri lebih dari satu
pedon, atau disebut sebagai polipedon, dan mungkin
juga terdiri lebih dari satu polipedon. Untuk membatasi
polipedon-polipedon ini rasanya sukar dilakukan,
apabila tidak ada gambaran bentang alamnya.
Polipedon-polipedon itu keberadaanya di alam
dicirikan secara alamiah dari perbedaan-perbedaan
sifat-sifat dari permukaan tanah itu sendiri. Batasan
poligon-poligon yang dibuat oleh polipedon-polipedon
tersebut dapat dibuat dengan menarik garis dari
perbedaan- perbedaan secara geografis.
Hal ini perlu dimengerti dalam usaha manusia untuk
menggambarkan penyebaran satuan-satuan tanah
yang ada di permukaan bumi ini. Tanpa mengerti
gambaran bentang alam yang ada, mustahil untuk
dapat menggambarkan penyebaran satuan-satuan
tanah tersebut. Ini dapat dimengerti mengingat
bentang alam yang ada, merupakan salah satu
komponen dari faktor pembentukan tanah yaitu
meliputi faktor topografi dan bahan induk yang
mempengaruhi keberadaan satuan tanah yang ada.
Pedon dan Polipedon
Tanah dalam disiplin ilmu tanah adalah sekumpulan
tubuh alam terletak di permukaan bumi, yang kadang
diubah atau diusahakan oleh manusia sebagai lahan
usaha tani, merupakan media alam sebagai tempat
pertumbuhan tanaman dan biologi lainnya. Batasan
terkecil untuk tanah sukar ditentukan, apabila
ditentukan secara ekstrim, hasil yang akan dicapai
menjadi aneh secara ilmiah. Apabila tanah sudah
mempunyai struktur, maka tanah di bagian permukaan
struktur dan tanah di bagian dalam struktur akan
berbeda. Apabila tanah tidak berstruktur akan sangat
sulit untuk menentukannya. Konsep pedon memberikan
salah satu pemecahan dan memberikan satuan yang
jelas untuk melakukan deskripsi dan pengambilan
contoh tanah.
Pedon
Pedon adalah suatu area terkecil dari tanah yang
harus kita deskripsi dan lakukan pengambilan contoh
tanahnya sebagai pewakil dari satuan tanah yang
ada, yang keadaan susunan Horizon dan perbedaan
sifat-sifatnya akan tercermin dari contoh tanahnya.
Pedon dapat disamakan seperti suatu sel dari kristal,
berbentuk tiga dimensi. Batas ke bawah agak sukar
digambarkan antara tanah dan bukan tanah. Dimensi
lateralnya harus cukup lebar untuk menggambarkan
keadaan Horizon-Horizonnya dan perbedaanperbedaannya,
apabila ada. Perbedaan-perbedaan
ini bisa dalam hal ketebalannya atau susunannya,
mungkin juga terjadi secara terputus-putus. Suatu
pedon meliputi area berkisar antara 1 sampai 10 m5
tergantung dari variabilitas tanahnya.
Polipedon
Suatu tanah yang diklasifikasikan mempunyai tanah
di sebelahnya (pedon) yang tergabung membentuk
suatu poligon besar yang mempunyai batasan seperti
suatu pulau, yaitu dengan kumpulan pedon lain yang
sifat-sifatnya berbeda. Kumpulan pedon yang sama
dan membentuk suatu pulau ini disebut sebagai
polipedon. Polipedon dibatasi oleh polipedon lain, dengan
batas sifat-sifat polipedon yang cukup nyata.
Perbedaan-perbedaan ini bisa menyangkut keadaan
dari Horizon-Horizon apabila ada. Apabila Horizonnya
tidak ada, perbedaannya adalah terletak pada
keadaan tanahnya. Keadaan Horizon atau tanah
adalah menyangkut komposisinya, termasuk mineralogi,
struktur, konsistensi, tekstur dari Horizon, dan juga rejim
kelembapannya. Apabila warna sebagai penentu,
maka warna juga perlu disebutkan. Keadaan dari
Horizon-Horizon yang dimaksud adalah keadaan batas
Horizon, ketebalannya, dan perbedaan antara
Horizon-Horizon atau subHorizon.
Oleh karena itu batasan dari polipedon ini secara
konsepsional awal, sama dengan batasan dari seri
tanah, yaitu yang merupakan kategori terendah dari
sistem klasifikasi taksonomi tanah. Dengan demikian,
maka setiap polipedon dapat diklasifikasikan ke dalam
seri tanah, hanya saja bahwa seri tanah mempunyai
selang sifat yang lebih lebar daripada polipedon.
Polipedon mempunyai luasan minimum >1 m5 dan
maksimumnya tidak terbatas.
Pertambangan dan dampaknya terhadap Geohidrologi daerah sekitar ditinjau dari Struktur Tanah
PERTAMBANGAN
ILMU PERTAMBANGAN ADALAH ILMU PENGETAHUAN YANG MELIPUTI
PEKERJAAN PENCARIAN, PENYELIDIKAN, PENGOLAHAN, PENJUALAN
MINERAL MINERAL DAN BATUAN YANG MEMILIKI ARTI EKONOMIS
SEDANGKAN TUGAS UTAMA SEORANG AHLI TAMBANG ADALAH MEMBEBASKAN DAN
MENGAMBIL MINERAL MINERAL SERTA BATUAN YANG MEMPUNYAI ARTI
EKONOMIS DARI BATUAN INDUKNYA, KEMUDIAN MEMBAWANYA KE
PERMUKAAN BUMI UNTUK DIMANFAATKAN.
SISTIM PERTAMBANGAN
1. TAMBANG TERBUKA. (SURFACE MINING.
2. TAMBANG BAWAH TANAH (UNDERGROUND MINING)
3. TAMBANG BAWAH AIR (UNDER WATER MINING)
Sektor industri pertambangan adalah mesin
pertumbuhan yang dapat diandalkan, terutama bagi
Kawasan Timur Indonesia yang mempunyai
“comparative advantage” dalam bidang ini.
• Pertambangan yang berwawasan Lingkungan untuk
mensejahterakan masyarakat dibutuhkan penanganan
dengan pendekatan teknologi bahwa perubahan struktur
tanah yang terjadi hendaklah dijadikan sebagai suatu
perubahan lahan yang sangat bermanfaat untuk
konstruksi.
• Penanganan secara baik dan berteknologi. Misalnya
pemanfaatan geotekstil dan kestabilan lreng
Pertambangan dan lingkungan ibarat dua keping mata uang yang saling berhubungan.
Munculnya aspek lingkungan merupakan salah satu faktor
kunci yang ikut diperhitungkan dalam menentukan
keberhasilan kegiatan usaha pertambangan.
Kegiatan pertambangan, mulai dari eksplorasi sampai
eksploitasi dan pemanfaatnnya mempunyai dampak
terhadap lingkungan yang bersifat
menguntungkan/positif yang ditimbulkan antara lain
tersedianya aneka ragam kebutuhan manusia yang
berasal dari sumber daya mineral, meningkatnya
pendapatan negara.
Adapun dampak negatif yang ditimbulkan adalah terjadinya perubahan
rona lingkungan (geobiofisik dan kimia), pencemaran badan perairan,
tanah dan udara.
Agar pemanfaatan sumber daya mineral memenuhi kaidah optimalisasi
antara kepentingan pertambangan dan terjaganya kelestarian
lingkungan, maka dalam setiap kegiatan sektor pertambangan mulai
dari perencanaan sampai pelaksanaan dan pengawasan diperlukan
berbagai telaah lingkungan.
Mengingat sektor pertambangan merupakan sektor yang mempunyai
ciri khas karena menyangkut sumber daya alam tak terbarukan dan
kegiatannya melekat dengan perubahan alam dan sosial, maka telaah
lingkungan yang mengikutinya akan bersifat spesifik pula. Untuk
itulah perlunya dibentuk suatu wahana yang menampung kegiatan
yang bersifat multi disiplin meliputi bidang fisika-kimia-biologi serta
sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan masyarakat.
PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERTAMBANGAN
Industri Pertambangan, terutama tambang terbukuanya, dikenal
orang sebagai industri yang merusak bentang alam, karena untuk
melakukan penggalian dan penimbunan memang akan langsung
mengubah keadaan bentang alam. Demikian juga banyak dari
cirri cirri industri Pertambangan yang secara “inherent” akan
menyebabkan adanya gangguan terhadap lingkungan. Dengan
makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan keadaan
lingkungan yang perlu dijaga kemampuan daya dukungnya, serta
telah adanya Undang undang No 4 tahun 1982 mengenai
pengelolan lingkungan dan Peraturan Pemerintah No. 29 tahun
1986 mengenai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, maka
kegiatan industri pertambangan perlu harus serta bisa melakukan
upaya pengelolaan lingkungan terhadap daerah daerah yang
terkena dampak dari industrinya. Pengelolaan lingkungan
Pertambangan ini memerlukan perencanaan dan perancangan
yang baik serta upaya yang khusus untuk melaksanakannya.
GEO HIDROLOGI
GEO HIDROLOGI dalam Teknik Sipil diartikan
sebagai suatu aliran air di dalam Struktur tanah yang kalau
dihubungkan dengan pengaruhnya pada saat Pemboran
sangatlah berarti. Karena akibat Pemboran, maka dinding
tanah atau struktur tanah akan terganggu yang
mengakibatkan adanya perubahan pada Tekstur tanah dan
bahkan kekuatan tanah itu sendiri yang mengakibatkan
berubahnya daya dukung tanah.
ADAPULA DAMPAK PERTAMBANGAN TERHADAP
GEOHIDROLOGI, YAKNI :
1. TERJADINYA PERUBAHAN STRUKTUR TANAH.
2. PERUBAHAN PADA PERMEABILITAS TANAH
3. PENGARUH TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH
4. KONSERVASI LAHAN YANG BERUBAH.
5. LAND SUBSIDENCE
6. INTRUSI AIR LAUT
Yang Harus Diusahakan adalah sebagai berikut :
1. Pertambangan berwawasan lingkungan
2. Meminimalisasi perubahan pada struktur tanah
3. Mengkondisikan permeabilitas.
4. Mengadakan pemadatan pada tanah kohesif.
5. Perkuatan Daya Dukung Tanah.
6. Mengadakan Reklamasi sesuai ketentuan
7. Dukungan faktor Sosial dan kependudukan.
Subscribe to:
Posts (Atom)